Selasa, 11 Maret 2008

ego

sebenarnya kita adalah pertarungan antara ego dan alter, antara sikap mencintai diri sendiri dan ikhlas mencintai orang lain. menurut saya, kita sering kejebak, seakan mencintai orang dengan tulus padahal hanya memenuhi hasrat onani kita---kita cinta pada diri kita kelewat kuat dan orang lain hanya pelampiasan saja dari nafsu kita dan dengan enteng kita bilang "dengan keras-keras" , sungguh aku cinta kamu, swearrr...percaya deh...berkorban donk buat aku....

Saya pernah ditertawakan oleh istri saya, saya bilang, dulu saya dengan mantan pacarnya saya putusnya sepihak. lalu istri saya bilang, "mas, jarang putus dengan sepakat, umumnya putusan memutusin seseorang memang sepihak'. Lalu, saya mengangguk-angguk.

Alhasil, cobalah kita mencintai diri kita sekaligus mencintai orang lain. mencintai diri dengan bersikap bahwa orang yang kita cintai bukanlah robot. ia punya hati dan punya keinginan yang mungkin dengan sedih saya katakan, seringkali hatinya tidak seiring dengan kita atau malah tidak ada hati dengan kita. lalu, kita dengan lega (kalau mampu ini hebat banget) kita bilang: "atas nama cintaku yang kelewat besar, kubebaskan engkau untuk tidak mencintai aku" karena cinta adalah membebaskan dan bukan mengurung apalagi membunuh. Dahsyat tapi susah...emphh....
(*buat yang lagi patah hati)

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Uhm...sependapat sekali pak....cinta layaknya hal2 lain didunia ini, memiliki resiko untuk melepaskan...Ketika kita mencintai seseorang, kita jg harus bisa belajar untuk melepaskannya....akan tetapi dilain pihak, dipahami sekali, semua itu tidaklah mudah...bbrp yang perlu dibenahi...mindset yang stabil..pengendalian rasa yang terus menyerang, hingga perlawanan terhadap kehendak diri...ya seperti yang telah dikatakan..memang tidak mudah.....Oleh karena itu ketika anda telah berhasil melakukannya maka yang didapatkan adalah anda bertumbuh.......entah..terkadank cinta terlalu kompleks untuk dibicarakan...karena cinta tidak hanya sekadar logika...tetapi menyangkut perasaan..yang mana perasaan itu terkadank terasa di luar kendali diri sendiri....
ya selamat bercinta...=p

Mihradi Cendikia mengatakan...

Nah, saya paling senang ketika dirimu menulis "anda bertumbuh" sebab mengesankan suatu dinamika, perkembangan yang terus merefleksikan diri, menyempurnakan diri pada sesuatu hal yang memang tidak pernah tuntas menyempurna. Nah, bercinta memang tidak pernah habis di dalam ekspresi,pengalaman, kegelisahan, luka dan semua mematangkan. Apapun dan dimanapun.

y S g mengatakan...

apa memang sering manusia terjebak dalam keadaan seakan mencintai sseorang padahal hanya memenuhi hasrat yang besar dari diri qta sendiri dan orang lain yang jadi pelampiasaanya???
tidak selalu seperti itu, ada kalanya dimana memang rasa mencintai itu memang besar karena merasa memang sudah ada,
putus memang bukan kata sepakat tetapi pasti ada hal sebelumnya yang timbul dan ada pembicaraan jika memang ada mau mencari jalan keluar, kalo tidak ada tedeng aling-aling dalam hal itu sama sperti pasangan yang menjalani hubungannya cuma berdasarkan "have fun" yang bisa dengan mudah mengambil suatu kepustusan,
manusia pada dasarnya menginginkan yang baik, ada yang dilakukan jika ada masalah yang dihadapinya pasti akan 'berusaha' untuk menagtasinya,
mencintai memang timbul dalam hati dan tidak tau kemunculanya, tetapi bisa timbul kalu memang mau untuk mengusahanya, diamanpun dan sampai kapanpun setiap manusia akan bisa memperoleh atau menggapai sesuatu jika memang orang itu "mau" untuk berusaha untuk dapat mewujudkannya, kecuali memang tidak menginginkan adanya atau timbulnya rasa mencintai itu.
dalam cinta, logika dan perasaan harus berjalan bersamaan,
logika digunakan untuk membentuk perasaan,
semua bisa daiatasi kalao memang mau menagatasinya

"b a logic person"

Mihradi Cendikia mengatakan...

Ada banyak hal yang tidak bisa dicapai logika. Apakah kita dengan logika mampu mencapai altar Tuhan? Kapan persisnya manusia lahir di dunia? Kenapa kita tidak mirip "kuda", kok model kita seperti ini?Kenapa orang mati kok tidak kembali lagi ke dunia? Apa definisi mati? Kok orang suka beragama padahal didalamnya banyak yang tidak tercapai oleh logika? Kenapa kita sayang pada orang sipit,bulet dan berbadan berat---misalnya---dan kenapa tidak sayang pada model naomi cambel misalnya? Kenapa dan kenapa lain yang banyak banget...jadi saya bingung, apa itu logika? Dan apa memang semua hidup adalah logika? Lalu kenapa kita suka memberi pengemis padahal pengemis tidak pernah membayar kembali apa yang kita beri, kalau jawabnya karena Tuhan dan agama, bukankah itu teritori abu-abu karena bisa saja orang atheis atas nama logika meniadakan Tuhan.
Baiklah saya jujur, saya tidak pernah percaya penuh logika karena saya pernah mencintai seseorang selama dua tahun dan segala jurus dikeluarkan untuk memikatnya dan menurut pengalaman teman-teman senior bercinta, harusnya ia takluk, nyatanya, tidak. ia tetap beku. lalu, apakah saya harus memaksanya? Saya bahkan kehilangan kata-kata dan frustasi untuk itu. Dan, dengan yang saat ini menjadi istri saya, saya hanya nembak sekali dan lalu jadi, tanpa jurus, tanpa logika, hanya just ikuti perasaan setelah jutaan kali patah hati. Jadi, dimanakah logika ketika itu?