Senin, 06 April 2009

ANTARA NYONTRENG DAN NYOBLOS

PEMILU apapun pilihan partai anda, adalah penting bagi legitimasi pemerintahan. Tapi, pemilu bukan akhir segalanya. Ia awal dari sebuah badai demokrasi. Dengan begitu, demokrasi bisa dikatakan gagal bila setelah pemilu, rakyat tetap susah, kebebasan berpendapat terbuka namun defisit dalam kemampuan berekonomi.
Kali ini. Pemilu dibuat nyontreng. Sebenarnya bukan masalah. Nyontreng atau nyoblos hanya cara dan bukan esensi. Problemnya pada minimnya informasi publik tentang partai dan wajah apa yang berada dan meminta dicontreng. Publik tidak tahu juga berapa biaya kampanye yang keluar dan darimana uangnya. Bagi publik, banyak pertanyaan menyangkut pemilu yang tidak sekedar antara nyontreng dan nyoblos.
alhasil, bagi saya, PEMILU apapun pilihan partai anda, sekali lagi bukan segalanya. Kalaupun nanti hasil pemilu banyak jerawatnya, saya rasa kita sebagai warga wajib menyempurnakan dengan menggunakan hak publik kita mengontrol ketat kelakuan penyelenggara negara selama lima tahun ke depan.
Selamat nyoblos eh salah selamat nyontreng. Semoga kita tidak bertambah bopeng.

Jumat, 06 Maret 2009

selamat datang dunia face book

face book dunia baru. penuh likaliku. ketemu teman lama. ketemu topik baru.ketemu rekan sejenis.jejaring dengan artis dan pakar. peduli sesama. berbagi kisah.patah hati.cinta. pagi-pagi ngigau.dibaca orang sedunia.
face book. buku wajah. wajah kita telanjang dimana-mana. karena itu kita ada.
selamat datang dunia baru. bukan dunia baru nama rumah makan atau toko buku. tapi dunia baru tempat sahabat begitu terbuka. apa adanya.

Kamis, 26 Februari 2009

NEGARA HUKUM DEMOKRATIS HABERMAS

Habermas, pernah menulis dalam buku between fact and norm tentang bagaimana basis komunikasi menjadi penting dan strategis dalam konteks negara hukum demokratis. Sebenarnya, Habermas hanya mencoba memperkuat proyek modernitas yang meyakini negara hukum demokratis merupakan jawaban untuk bertahan di dera tantangan menuju hidup lebih baik. Namun Habermas prihatin. Pertama, negara hukum sering direduksi sekedar hukum produk politik an sich tanpa melacak apakah proses pembentukannya benar-benar demokratis. Kedua, demokrasi tergelincir sekedar dari pemilu ke pemilu, lalu substansi demokrasi yakni pembebasan dan legitimasi serta keleluasaan ruang publik sering malah termarjinalkan.
Baginya, yang perlu ditimban, bagaimana membangun diskursus demokrasi deliberatif yakni suatu konteks dimana wakil dan rakyat yang diwakilinya nyambung dalam gagasan dan aspirasi. Radikalisasi demokrasi boleh dibilang demikian. Untuk itu, pelbagai opini, demonstrasi dan penyampaian aspirasi harus dibaca dalam kerangka demikian. Tentu syarat dasar perlu dipenuhi. Pertama, tunduk pada hukum agar tidak anarki. Hukumnya pun harus demokratis. Kedua, ada kebebasan dalam share menyampaikan aspirasi dan Ketiga, beranjak dari rasionalisasi komunikasi dan bukan emosi.
Jujur--aku tak kuasa---saat terakhir kugenggam tanganmu....hehehe jadi inget lagunya siapa gitu.

Selasa, 17 Februari 2009

DILEMA, PILIHAN DAN PERLAWANAN

BANYAK bagian dari hidup ini yang sering kita berkata : "wah...kita tidak bisa berbuat banyak". "Ini hanya keterpaksaan saja". "saya kepaksa bernegosiasi..." dan seterusnya. Di satu sisi, itu sinyal bahwa kita memang kadang seperti kerupuk, "renyah, mudah lumat tapi minus gizi". Namun, disisi lain, kapasitas dan daya tahan juga lentur kita menjadi justifikasi. Sulit menentukan mana yang obyektif: apa kita memang kerupuk atau diluar batas daya tampung kita.
Yang jelas, seperti juga Indonesia, "tidak jajah" dan "bisa memilih" adalah sebuah kemewahan. Bahkan, berkata "tidak" saja sudah lumayan bila kita bisa menempatkan pada konteks dan waktu yang tepat.
Saya sendiri sering mengalami dilema. Merasa dieksploitasi: ditaburi logam dan otak kita diperas habis. Lalu kita bilang "dalam hati" cukup sampai disini. Eh, esok paginya, terulang lagi. Hingga di suatu malam saya merenung, "jika kita punya kapasitas, harga diri dan kemampuan, kenapa mau kita diperbudak oleh ilusi juga ketakutan seolah esok kita tidak bisa makan lagi". Mungkin, kita lupa, bahwa tugas berdoa dan berusaha. Lalu, biarkan takdir berkehendak atas kita. Dan, jangan ciptakan tuhan kecil untuk menyaingi Tuhan besar kita, Allah SWT.
Semua proses tidak mudah. Semua berat. Sebab, kita mesti merintis di jalan tak pasti, berliku dan penuh kerikil. Kita sering lebih merasa sejuk dan aman di wilayah yang "tentram" meski diperbudak sepanjang zaman. Bisa jadi, kita sulit merdeka dari Belanda (3 1/2 abad) hanya karena kita khawatir tidak lagi menemui zaman stabil, zaman dimana semua serba murah dan hidup teramat nikmat meski harga diri tidak ada.
Ujungnya perlawanan tapi bingkainya pilihan. Sebab, tidak melawan atau melawan adalah pilihan.
Hidup dipastikan terus bergulir, dengan atau tanpa kita. Tinggal kita mau dimana menempatkan diri dalam sejarah--minimal---diri kita. Pecundang setiap zaman atau satu kali berarti untuk selamanya abadi.

Minggu, 15 Februari 2009

Perlawanan Gagasan

Perlawanan gagasan adalah sebuah konsep abstrak yang akan diluncurkan seiring tahapan-tahapan perkembangan dinamika pemikiran
ngetessst.....

Senin, 26 Januari 2009

Pariwisata Berkelanjutan

Pelbagai literatur, baik buku standar Edward Inskeep, Tourism Planning (1991), hingga Mc Tyre mengenai Sustainable Tourism (1993) memberikan sinyal adanya hal yang perlu direspon oleh dunia pariwisata yakni efek negatif yang tak diharapkan dari pariwisata. Sebab, pariwisata sebagai sistem yang kompleks, baik bisa ditafsirkan sebagai aktivitas ataupun industri, memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positif tentu saja, pariwisata membuka lapangan kerja, mendorong persamaan hak perempuan melalui pekerjaan, menciptakan dana buat pelestarian cultural heritage dan terjadi cross cultural antar bangsa. Namun, efek negatifnya ada. Potensi pencemaran baik limbah, kebisingan maupun erosi nilai-nilai kultural suatu masyarakat.
Untuk mengantisipasi hal demikian, diadopsilah konsep pariwisata berkelanjutan. Dalam makna demikian, pariwisata harus memperhatikan kesinambungan kehidupan generasi kini dan masa datang, keseimbangan antara pemanfaatan sisi ekonomi dengan proteksi ekologi dan keseimbangan pula terhadap proteksi nilai-nilai cultural heritage maupun mata pencarian penduduk lokal di suatu destinasi pariwisata.
Mc Tyre memberikan deskripsi menarik pada program sustainable tourismnya Canada. Disana, di suatu desa yang dihuni 200 penduduk Eskimo, didorong pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Komitmennya adalah bahwa masyarakat lokal turut merencanakan hingga implementasi program pembangunan pariwisata. selain itu, dibangun pemberdayaan melalui edukasi agar masyarakat lokal dapat memanajerial pengembangan destinasi pariwisata, dibangun pula center-center informasi dan mengakarkan tradisi untuk menjaga lingkungan.
Ke depan, Indonesia kiranya perlu memaksimalkan respon pariwisata yang berkelanjutan baik dari sisi lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi. Dengan demikian, pariwisata membawa berkah.
Untuk itu, departemen pariwisata dan kebudayaan dapat menjadi leading sector untuk mendorong penguatan konsepsi pariwisata berkelanjutan dengan melibatkan stake holder yang lain. Sebab, kini dan masa depan adalah era green tourism yang merupakan roh dari sustanaible tourism.

Sabtu, 10 Januari 2009

ISRAEL LAKNATULLAH

Israel sebuah negara kutukan. Ia telah dikutuk di pelbagai kitab suci dan kini oleh manusia yang beriman di seluruh dunia. Sebuah negara dan bangsa yang alpa atau amnesia bahwa ia pernah di masa Hitler dimasukkan ke kamp konsentrasi, ditelanjangi, disiksa, dibunuh semena-mena. Lalu, dengan modus serupa Hitler, bahkan mungkin lebih kejam, dengan senjata kimia dan pelbagai rudal menghantam Palestina, sebuah negeri seribu malaikat. Palestina tak berdaya. Doa dan bantuan mengalir--tapi tak terlalu cukup untuk menghentikan kebiadabannya. Dan, negara super power Amerika pun ternyata tak punya nyali. Hanya abstain di DK PBB manakala resolusi gencatan senjata menuntut. Karena bayi merah tak berdosa, ibu-ibu tak berdaya dan ribuan warga sipil Palestina terlalu mahal dikorbankan untuk ketamakan Israel. Israel laknatullah, Moga Allah menurunkan pertolongan.
Hak Asasi Manusia model apa lagi yang sanggup "kau jual" wahai Amerika, ketika diam sejuta bahasa manakala Israel meluluhlantakan negeri sejuta kesucian. Mana Obbama?
The real terrorist is Israel, tanpa banyak kata dan air mata.