Selasa, 25 Maret 2008

MEMBEDAH AYAT-AYAT CINTA

Sekarang lagi demam ayat-ayat cinta. novel dan filmnya laris abis. saya pun ketagihan, hingga ke poster-posternya. Bagi saya, booming ayat-ayat cinta menyiratkan (1) bangsa kita rindu nilai religius ditengah kepungan kemunafikan selama ini; (2) ada persoalan dalam melihat poligami tidak sesederhana berbicara bahwa Al Quran tidak menganjurkan poligami namun memperkenankannya. Sebab, syarat di dalam Al Quran, poligami hanya boleh jika berlaku adil. Dapat dikatakan, statement ini sebenarnya isyarat bahwa "adil" tidak mudah, sehingga sedapat mungkin menghindari poligami bila tidak yakin adil. Dan yang lebih menyedihkan, tidak hanya pasangannya yang dalam menjalani poligami yang mungkin bisa jadi kecewa tapi perlu dipertimbangkan anak-anak yang pasti merasakan suatu relasi berpotensi tidak harmonis; (3) adanya sebuah penyajian bagaimana cinta yang didasari semangat Illahiah amat indah dan seringkali tak terjangkau oleh semua ranah rasional kita.

Sabtu, 22 Maret 2008

melipat harapan

harapan seperti cahaya
ia menawarkan sesuatu
tapi belum jelas apa itu
lalu kita lipat saja harapan
agar besok pagi dapat digunakan sarapan
sambil disisakan untuk malam

demokrasi tanpa konsolidasi

Bagi saya, demokrasi indonesia mulai menjadi zombie. Pertama, demokrasi mengalami inflasi dan menyempit sekadar pemilu atau pilkada. Kedua, kontribusi demokrasi bagi perbaikan ekonomi terus kian tidak jelas karena dibajak dan ketiga, demokrasi ternyata tidak pernah terkonsolidasi namun hanya menyebarkan virus-virus berbahaya ke seluruh elemen kehidupan bernegara.
Saya tidak tahu dari mana mulainya, namun jika warga masyarakat kita tahu bahwa demokrasi tidak sekedar mencoblos namun juga menghukum wakil kita yang tidak amanah, maka pilkada maupun pemilu pasti akan lebih menggigit. Sayang==belum ada sinyal ke sana--akh...

Selasa, 11 Maret 2008

de ja vu

setahu saya, de ja vu adalah kumpulan ingatan yang ketika kita melihat sesuatu lalu teringat silam. manusia saya kira makhluk paripurna: "ia silam, kini dan akan datang". saya selalu ingat, demikian banyak sobat jaringan (network) yang sudah lama tidak disambangi (silaturahmi). masih membayang gerakan aksi membela pembreidelan tempo (dan disanalah mula kenal saya dengan mas goenawan mohamad dan mba ayu utami---novelis kondang) yang dengan kekaguman saya yang saat itu masih mahasiswa lugu, turut marah atas matinya demokrasi. Utan Kayu--teater dan komunitas--yang kaya vitamin, tempat membebaskan dari pikiran-pikiran otoriterian menuju paham terang, paham yang meyakini mulianya manusia dengan rasionalitas.
Bagi saya, perkenalan dengan dunia seni juga sastra mengayakan perspektif masa datang bahwa manusia adalah makhluk yang samar: ia tidak terdefinisikan dan ketakterdugaannya tinggi.
de ja vu...rindu silam...rindu mereka yang tak pernah lekang membumikan demokrasi.

ego

sebenarnya kita adalah pertarungan antara ego dan alter, antara sikap mencintai diri sendiri dan ikhlas mencintai orang lain. menurut saya, kita sering kejebak, seakan mencintai orang dengan tulus padahal hanya memenuhi hasrat onani kita---kita cinta pada diri kita kelewat kuat dan orang lain hanya pelampiasan saja dari nafsu kita dan dengan enteng kita bilang "dengan keras-keras" , sungguh aku cinta kamu, swearrr...percaya deh...berkorban donk buat aku....

Saya pernah ditertawakan oleh istri saya, saya bilang, dulu saya dengan mantan pacarnya saya putusnya sepihak. lalu istri saya bilang, "mas, jarang putus dengan sepakat, umumnya putusan memutusin seseorang memang sepihak'. Lalu, saya mengangguk-angguk.

Alhasil, cobalah kita mencintai diri kita sekaligus mencintai orang lain. mencintai diri dengan bersikap bahwa orang yang kita cintai bukanlah robot. ia punya hati dan punya keinginan yang mungkin dengan sedih saya katakan, seringkali hatinya tidak seiring dengan kita atau malah tidak ada hati dengan kita. lalu, kita dengan lega (kalau mampu ini hebat banget) kita bilang: "atas nama cintaku yang kelewat besar, kubebaskan engkau untuk tidak mencintai aku" karena cinta adalah membebaskan dan bukan mengurung apalagi membunuh. Dahsyat tapi susah...emphh....
(*buat yang lagi patah hati)

hidup seperti teh botol

iklan teh botol yang klasik tentu kita kenal: apapun makanannya, minumnya teh botol. Mungkin, ini juga yang sering kita jalani. Kita sering sulit lepas dengan sesuatu yang melekat dan menjadi citra kita. Apa yah namanya, mindset mungkin. jadi, merevolusi kebiasaan buruk, mengganti mentalitas menjadi progresif atau pikiran kritis dan independen, seringkali tidak semudah membalik telapak tangan. mungkin karena ideologi teh botol melekat tadi. apapun baju, pacar atau bawaan kita, tetap saja dengan mindset jadul. indonesia bisa jadi seperti itu juga. kaya gagasan besar, miskin konsistensi dan kegigihan mempraktikan yang besar-besar tadi. bisa jadi juga, karena kita terbiasa dengan melihat orang yang timbunan lemaknya besar maka tidak lincah mengelola hari-harinya. nah, bisa juga karena kehebatan gagasan tidak diiringi kapasitas mewujudkannya. entahlah! semua memang masih asumsi dan belum final.

Jumat, 07 Maret 2008

mencari cahaya

kita sering disilaukan cahaya. tapi kita butuh cahaya. kita sering berada di terowongan gelap. cahaya dicari dan ia kadang dekat, kadang jauh. namun, apapun dan dimanapun, cahaya hanya hadir pada orang yang percaya bahwa harapan adalah sejenis kata yang benar-benar dapat digenggam. tak elok bila harapan diringkus hanya oleh kebodohan kita memahami makna apa yang terjadi.