Rabu, 04 Juni 2008

Kekerasan

Demokrasi terancam. Kemarin, Koalisi Kebebasan Beragama diserang FPI. Kehancuran demokrasi diawali dengan ketiadaan dialog, diganti otot. Saya memahami, di satu sisi, saya sependapat, berdasarkan Aqidah Islam yang saya yakini, Ahmadiyah memang sesat.Sebab, ia mengakui ada Nabi sesudah Nabi Muhammad SAW. Tapi, di sisi lain, kekerasan juga bukan ajaran Nabi. Nabi hanya melakukan peperangan (seperti Badar dan Uhud) karena muslim terancam. Ini beda dengan Indonesia. Muslim mayoritas.
Jadi, atas nama apapun, kekerasan tidak pernah bisa dilegalisasi dan dilegitimasi. Dalam demokrasi, berbeda biasa. Demonstrasi hak konstitusional, tapi memukuli orang yang berbeda keyakinan dan pendapat, pasti itu kriminal.
Dengan begitu, kita kembali mundur. Tidak lagi demokrasi--tapi mulai mobokrasi, barbar dan juga primitif. Bagaimana masa depan?

2 komentar:

INSIDE TOTO mengatakan...

Ada apa ya??? dibalik ini semua ???
Munawarman yang baru menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya setelah tiga jam SKB dikeluarkan. padahal liat track record Munawarman ialah mantan Ketua YLBHI dan juga koordinator Kontras. sekarang malah jadi aktivis garis keras, apalagi setelah insiden Monas. Munawarman sekarang bak pahlawan bagi para anggota laskar, tapi ko malah sempet kabur??ada apa ya??ada apa dibalik ini semua setelah banyak yang menyerukan FPI dibubarkan???ada apa setelah konflik internal di YLBHI dia menjadi sperti itu???

Mihradi Cendikia mengatakan...

Yah memang soal gelap munarwan banyak menjadi pertanyaan. Namun, dibalik itu semua, persoalan radikalisasi dan kekerasan perlu ditimbang ulang dalam platform demokrasi kita. Ketegasan dan sikap pemerintah memang menjadi sebuah keniscayaan. Dan di dunia yang serba abu-abu, rasanya sebuah keganjilan adalah manifestasi dari merosotnya harapan untuk yang lebih baik.