Selasa, 23 September 2008

etika

Sejak blog ini dibuka untuk publik, rasanya ada kebanggaan juga meski sedikit-sedikit, terdapat tanggapan sana-sini. Dari riset pribadi, pembaca blog ini nampaknya lebih banyak yang pasif daripada yang aktif memberikan komentar.
Namun begitu, rasanya kita perlu juga membuat aturan etika berblogger ria. Pertama, saya amat terbuka kritik dan apapun curhat, namun baiknya dituturkan dengan santun. Ini untuk merawat tradisi intelektualitas yang mendasarkan diri pada saling menghormati dalam pluralisme. Kedua, sebaiknya menghindari topik SARA yang bisa menjadi bahan peledak konflik. Misalnya, identifikasi teroris dengan Islam, tentu akan membuka keran-keran percekcokan besar. Sebab, terorisme adalah penyimpangan yang tidak pernah dilegitimasi oleh satu agama-pun. Dan, perdefinisi terorisme juga tergantung sudut pandang. Pertanyaan dasar misalnya, mengapa hanya Islam yang diidentikan dengan teroris, lalu Amerika Serikat bagaimana?Padahal senyatanya telah membumi hanguskan Irak tanpa izin PBB dengan alasan adanya pemusnah massal di Irak dan itupun tidak ditemukan. Bukankah semua perang tanpa legalitas adalah teroris? Demikian juga Israel, sebuah negara yang main bajak negara Palestina yang telah eksis sebelumnya. Dengan begitu, topik SARA seperti ini akan memancing kemarahan dan perdebatan tiada habisnya. Untuk itu, saya rasa kita cukupkan.
Ketiga, saya amat terbuka terhadap inovasi, gagasan yang mampu saling dishare untuk menajamkan peradaban bangsa ini.
Semoga aturan main sederhana ini dapat kita jalani bersama.
salam
Mihradi

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Etika yg Intelektual bukan berarti dia sangat beradab, tetapi etika anak2 jalanan spt sy ini bukan berarti tidak beradab.
Mohon maaf pak klo omomngan sy di blog ini sangat ceplas-ceplos krn sy orgnya mememang suka terus terang apa adanya & tdk terbiasanya untuk berbahasa intelektual krna sy adalah mhsiswa jalanan.
sy dibesarkan di organisasi2 yg berjuang di ekstra parlementer, jadi maklumlah yah pak???
klo sy boleh kasih saran kpd bpk, tolong bpk harus membuka mata, hati, & pikiran dgn luas bahwasannya watak & karakteristik bangsa indonesia adalah sering ngotot & membenarkan cara2 kekerasan. Coba bpk buka kembali buku2 sejarah indonesia waktu zaman kerajaan, bknkah sering terjadi peperangan untuk merebutkan kekuasaan??? Bener gak Pak Intelek??

Mihradi Cendikia mengatakan...

Saya pikir, berbahasa santun bukan berarti tidak terbuka. Bukankah nenek moyang kita mewariskan penggunaan kata-kata yang baik. Bukankah para Nabi mewariskan perkataan yang baik. Nah, intelektual sejati, merawat yang serba baik sebagai modal sosial. Saya pikir, jika kita terbiasa melegitimasi kekerasan dan ketidaksantunan maka berarti kita bukan pewaris para Nabi yang mengamanatkan untuk berbuat selalu lebih baik. Bukankah nasib suatu kaum hanya bisa diubah dengan usahanya sendiri.
Saya pikir, kita merupakan produk pendidikan, sudah sepantasnya pula hasil pendidikan digunakan.
Terakhir, saya membuat etika buat blog ini karena komunitas yang hendak diciptakan adalah sesuai dengan karakter blog. Saya dapat protes keras dari temen-temen pasca umat kristiani yang tidak sependapat bahwa Islam adalah teroris. Romo Magnis Suseno pun demikian. Jadi, saya membatasi diri untuk tidak terlibat SARA. Bukankah penyimpangan selalu ada disetiap agama tapi tidak mewakili agama. Bukankah Amerika yang "ngebom" Irak semena-mena,adalah negara paling dominan agama kristiani, tapi itu tidak mewakili sikap cinta kasih Yesus dan sikap resmi agama Kristiani. Jadi, untuk saudara Johannes, bila masih ingin merespon blog saya, harap etika yang menjadi aturan main diperhatikan, karena ini blog pribadi yang komunitas dibangun dengan cita-cita tertentu.
Saya tidak pernah mau melegitimasi kekerasan meski ada di sejarah kita. Saya merasa selama masih menjadi Muslim maka dalam ajaran agama saya, kedamaian dan toleransi serta anti kekerasan adalah nafas utama. Saya pikir, agama lainpun demikian. Untuk saudara johannes, saya infokan juga, banyak orang mengontak pada saya yang tersinggung dengan statement saudara tentang teroris. Harap pula diperhatikan, apalagi anda seorang petinggi lembaga kemahasiswaan yang harusnya sarat dengan disiplin berfikir ilmiah, santun serta mampu mengkomunikasikan gagasan dengan baik. Bila itu tidak disepakati, tentu anda harus menimbang ulang untuk hidup di dunia kampus.

Stevie Marley mengatakan...

untuk bung JOEHANES yang saya HARGA-i
kok jadi masalah perang2 kerajaan sih makanya jangan sering nonton film kerajaan majapahit di INDOSIAR jadi gitu tuch pemikirannya terbuai sama film2.... seharusnya anda sebagai mahasiswa jangan terpatok dengan fakta/realita sejarah jangan jadi mahasiswa hafalan, kita mahasiswa hukum harus dituntut pola pikir kita multiperspektif... mudah2an anda mengerti bahasa intelek yg sederhana ini....

ada beberapa hal yg ingin saya luruskan tentang pendapat yohanes... yang KE-1
anda pasti pernah belajar antropologi dan sosiologi kan??
salah satu karakteristik bangsa INDONESIA adalah RAMAH DAN GOTONG ROYONG dan itu dibuktikan dengan diberikannya predikat oleh bangsa2 lain yg pernah datang ke indonesia.... coba deh anda bedah kasus kenapa indonesia bisa dijajah dan kenapa bangsa lain begitu mudah masuk ke indonesia!!!

yg ke-2
nilai Huk.Internasional saya dapet "D" tetapi saya paham point2 tentang ilmu ini, nilai saya segitu karna saya gak pernah sama sekali masuk kuliah ini,masuk cuma UTS dan UAS
saya bagi ilmu yang saya tahu
dalam HI perang diperbolehkan yaitu setelah berbagai cara sudah dipakai dan itu menjadi alternatif penyelesaian dalam suatu konflik
saya gak perlu jelaskan, coba anda aplikasikan aja dalam sejarah indo....
kalo blom ngerti juga,,yuuuk bareng kuliah lagi HI sama saya

pikiran-mahasiswa.blogspot.com