Jumat, 26 September 2008

Kampus

Kampus atau sering disebut universitas, bisa dimaknai tempat orang menggali keuniversalan ilmu. Kampus memiliki tradisi, empati pada rakyat kecil, menjadi jembatan antara penguasa dan rakyat serta tempat ilmu pengetahuan berkembang. Dari zaman Yunani Kuno hingga kini, ilmu pengetahuan selalu ditakuti. Sebab, sejatinya, bila ia direalisasikan dengan otentik, maka kebenaran akan hadir bersamanya. Kita ingat bagaimana tragedi Socrates meminum racun hanya untuk mempertahankan komitmennya bahwa sejelek apapun negara, ia tetap dijunjung tanpa mau menukar dengan kebenaran yang ditakuti oleh negara.
Kampus tentu memiliki kebiasaan. Salah satunya, kekuatan bahasa dan ekspresi dalam menyampaikan pikiran serta kebenaran. Dan seperti pelbagai komunitas yang ada di muka bumi, kekuatan tadilah yang mencitrakan kampus berbeda dengan yang lain.
Dengan demikian, jika kampus tidak lagi memproduksi ilmuwan dan cendikia, terjebak kekerasan dan ketidaksantunan, terlibat perselingkuhan nafsu kekuasaan, maka dapat diprediksi itulah awal kehancuran suatu bangsa. Sebab, kampus adalah lambang pendidikan tertinggi yang tentu memiliki tabiat dan karakter dengan pendidikan di luar kampus maupun di bawah level kampus.
Kesemua citraan kampus di atas tidak berarti kampus menjadi menara gading. Sebab, sumber dan mata air kampus adalah rakyat yang tertindas dan kampus berjuang bersama mereka yang tertindas dengan bahasa dan tradisi serta senjata argumentasi yang telah mengakar sehingga mengidentifikasi dirinya. Inilah tugas berat kita semua.

4 komentar:

IRFAN mengatakan...

Mantab pa, bnr2 mantab..
Kampus yg sharusnya jd mesin besar yg mampu mencetak mahasiswa produktif sebagai insan pengawal perkembangan zaman/pembawa perubahan..Saya yakin hanya pendidikan yang tinggilah yg mampu memotong mata rantai kemiskinan..
Sy prnh bca buku ttg sumber kekuasaan negara, kalau tidak slah menurut Plato sumber kekuasaan negara adalah ilmu pengetahuan..

"jika kampus tidak lagi memproduksi ilmuwan dan cendikia, terjebak kekerasan dan ketidaksantunan, terlibat perselingkuhan nafsu kekuasaan, maka dapat diprediksi itulah awal kehancuran suatu bangsa"

Nampaknya pernyataan diatas sngat sesuai dgn realita yg ada dkmpus kami. Lbh tepatnya lg kami terjebak dlm wacana yg tdk produktif. Kampus kami sepi bagai kuburan, tak ada kegiatan lain selain KBM(kegiatan belajar mengajar). Skumpulan mayat2 hedonis yg malas baca dan belajar berkumpul bahkan beranak-pinak di kampus kami..

Pak jgn lp nonton Laskar Pelangi ya..Nanti kita cerita2 dikelas..
Isak tangis setelah kami menyaksikan Film Laskar Pelangi ternyata mmpu membakar semangat kami lg utk berkarya dan bermimpi dalam menuntut ilmu..

Stevie Marley mengatakan...

banyak orang berpendapat bahwa rejeki itu sudah diatur oleh tuhan, sebenarnya tidak bisa kita langsung cerna begitu saja, tuhan mengatur rejeki seseorang jika dia melakukan transformasi dalam ideologinya

ada beberapa fenomena tentang seseorang yang sukses tanpa sekolah yang tinggi dan ada yang sudah sarjana bahkan sudah lulus s-2 tetapi berbeda dengan realita yang seharusnya dia sukses.....

hasil dari bedah atau analisa tentang fenomena tersebut....
ini adalah simulasi percakapan dari seorang adik menannyakan kepada abangnya tentang fenomena tersebut

ADIK:
KK KK KK.... kok ada yah orang yg gak sekolah bisa sukses malahan presiden kita lulusannya cuma SMA??

ABANG:
begini De....
orang sukses (pandangan sukses secara umum) itu tidak terlepas dari beberapa faktor yaitu usaha, keberuntungan, potensi seseorang dalam suatu bidang...... dan kenapa orang yg sudah sekolah tinggi2 kok gak berhasil??
ingat pendidikan itu salah satunya proses pembentukan seseorang bukan hanya mencari ilmu saja, maka dapat disimpulkan jika seorang itu gagal apa yang harus dipertanyakan??ini bukan tentang nilai yang didapat dari seorang mahasiswa karna nilai itu hanya suatu bentuk penghargaan dari dosen terhadap siswanya,,apakah kita akan banggakan hidup kita dengan nilai dosen?????? nah kalo masalah presiden jangan ngomongin sekarang soalnya orangnya ada disebelah abang....sttt.....

Adik:
terus jadi intinya gmn bang jangan belit2 pusing nie street the point aja jadi gmn biar jadi sukses!!!

ABang:
bah ngomongnya sok inggris udah gitu salah lagi yg bener tuh "straight d'point",,jadi permasalahanya adalah prosesnya, bukan proses belajarnya De, tapi proses bagaimana seseorang itu terbentuk dari pola pikir dan sikapnya, dan tempat pendidikan itu bukan saja tempat mencari ilmu udah kuliah terus pulang belajar dirumah,jadi harus ada maennya,,

Adik:
yaagh kemaren abang bilang jangan maen sering2, belajar yg giat sekarang disuruh maen mana yg bener nie???

Abang:
yeee ente mah maen game ya iyalah abang kasih tau, maksudnya maen tuh kita bersosialisasi , kalo bisa semua kalangan karna itu akan membuka jaringan kita kedepan memang kontraprestasinya tidak secara langsung, dalam paham logika menuntut ilmu akan menciptakan banyak pintu2 kesuksesan, maksudnya adalah hmmmm... hmmm.... gini abang kasih contoh : ada sebuah pekerjaan yang dituntut kamu harus s1 ataw s2, nah dengan menuntu ilmu kita membuka peluang2 tersebut beda kalo kamu mau jadi buruh kasar gak perlu sekolah juga bisa....pahak gak??

Adik: dikit lagh jadi pentingnya pendidikan gitu yah,,terus kok kak irvan matanya pada bengkak??pada abis berantem yagh??

Abang: ooogh itu tadi kita abis nonton LASKAR PELANGI, tau tuh nangisnya kaya ada yang meninggal aja lebay bgt,,tadi abang kira dibioskop tadi hujan ngerembes gak tau die.... biasa de cengeng bang irvan---muka kriminal tapi hati pujangga...heheheh

Niniezcapo mengatakan...

wew ..benar skali. mnurut saya dibutuhkan org2 dgn kreativitas dan idealisme yg tinggi untuk menciptakan itu semua. saya yg terhitung 'newbie',sebenarnya masih meraba2 esensi dari kampus itu sendiri. well,I'm sure I'll know by the time.

Pak, ini alamat blog saya:

http://niniezsays.blogspot.com

Mihradi Cendikia mengatakan...

Kekuatan argumentasi dan kata-kata sanggup menembus jantung waktu.Saudara Irfan, stevie dan niniez adalah magnet masa depan. mereka wakafkan dan investasikan tubuh dan pikirannya untuk merawat tradisi keilmuan. Untuk itu, kesabaran, konsistensi dan tidak lekas puas diri mungkin bisa menjadi mantra untuk saudara=saudari semua. Salam penuh kehangatan dan bangga pada saudara semua, mihradi (peziarah waktu)