Jumat, 31 Oktober 2008

kesejahteraan dosen

Sekali-kali curhat menarik juga. Topik kini soal kesejahteraan dosen. Dalam suatu seminar, seorang pembicara buat plesetan "dosen itu singkatan: kerjanya satu dos (duz) tapi gajinya se-sen". Sebuah plesetan miris, tapi kenyataan. Apalagi, dosen perguruan tinggi swasta di daerah.
Sekilas memang, dari tampilan, seringkali publik tertipu. Seakan-akan penghasilan dosen tinggi dan layak. Namun, itu sisi gaib yang sebenarnya tidak demikian.
Bagi saya, ada bahaya besar ketika kesejahteraan dosen tidak dipostulasikan dan diberdayakan lebih baik. Pertama, mempengaruhi kualitas pengajaran dan konsentrasi dalam memberikan pengajaran. Kedua, membahayakan di dalam profesi, artinya, akan semakin banyak orang yang tidak memilih profesi dosen sebagai pekerjaan mulia. Meski uang bukan segalanya, tapi juga bukan berarti tiada guna.
Memang miris bila membanding negara-negara maju. Semua memproteksi pendidikan, memuliakan pengajarnya, menunjang kesejahteraan dan mendukung peningkatan kapasitas keilmuan. Tapi, Indonesia--semua seperti kena "kutuk". Pendidikan direndahkan, koruptor disanjung puja.
Tapi saya yakin, itu tidak lama. Sebab, seperti Vietnam, China dan India yang mengejar ketinggalan dengan mendorong kualitas pendidikan, maka kita--Indonesia--akan didesak hal serupa. Jika tidak akan musnah dari peta bangsa. Dan, itu terlihat oleh rencana-rencana sertifikasi dosen dan tunjangan dari pemerintah terhadap pekerjaan dosen. Namun, itu harus dengan percepatan--sebab dunia terlanjur lari tunggang langgang.
Yang lebih mesti berbenah adalah perguruan tinggi swasta di daerah. Mesti di isi oleh pengurus yayasan yang profesional (bukan pensiunan yang numpang hidup misalnya), mesti ada audit terbuka dengan stake holders dan mesti terbaca pula oleh konsumen---berapa sebenarnya dosen yang dikelas bicara hebat-hebat itu digaji oleh mereka. Jika perlu, yayasan yang hanya pengeksploitasi mungkin mesti ditimbang ulang untuk dikriminalisasikan.
Tentu apa yang saya tulis merupakan problem yang melanda perguruan tinggi swasta di mana-mana. Kembang kempis.
Entahlah....seperti angin lalu.....kadang semua perlu proses dengan tanda seru tiada henti......

3 komentar:

Unpredictable mengatakan...

kayaknya pemerintah tuh harus rajin- rajin nonton film laskar pelangi biar tw bagaimana sesungguhnya nasib pendidikan dinegri ini kali ya pak.. hehehe. just kidding koq

Mihradi Cendikia mengatakan...

Sepakat==karena semua negara maju dengan merevolusi pendidikan. Amerika, Jepang, kini China dan India juga Vietnam berangkat dari pendidikan.

Unknown mengatakan...

Terima Kasih dan Sebelumnya Saya Minta Maaf Karena Saya Hadir Disini Bukan Untuk Meninggalkan Komentar, Tetapi Hanya Ingin Meng-Iklankan Sebuah Blog Perjuangan Kawan-Kawan Mahasiswa UNPAK...
Semoga Blog Ini Bisa Menjadi Forum Diskusi Bagi Aktvis-Aktivis Mahasiswa UNPAK Untuk Memformat Ulang Gerakan Mahasiswa UNPAK...
Selamat Datang Datang & Selamat Berkunjung di :
http://fpphr.blogspot.com
Terima Kasih Banyak Kepada Bpk. Mihradi, SH MH, Atas Penggunaan Blog-nya Sebagai Media Publikasi Bagi Blog FPPHR..
Trims
Jabat Erat FPPHR