Senin, 18 Februari 2008

Bermimpi

Wajar mungkin, bila kita selalu mengagumi tokoh-tokoh. Sejak kecil--terpikir--kok menarik yah jadi dan kenal dengan presiden misalnya. Beranjak abg, mimpinya lain lagi, asyik juga yah kenal dengan artis. Masuk kuliah, mimpi direvisi, lebih asyik lagi dikenal pakar-pakar.
Nah, melalui mimpi seperti tadi yang bercampur baur dengan kekaguman, lalu kutorehkan di sisi-sisi realitas yang mungkin. Berkirim surat dengan artis, sok kenal dan akrab dengan pakar-pakar atau surat menyurat ke media dan televisi.
Hasilnya? Meski tidak membuat saya terkenal (dan memang bukan tujuan tapi dampak--istilah mantan mahasiswi saya, riyanni jangkaru), saya sempat mampir dipublikasi ditelevisi dan media serta berkenalan dengan berbagai tokoh yang dulu hanya bisa dilihat dari jauh (entah itu pa wimar witoelar, goenawan mohamad, ayu utami, prof. satya arinanto, gusdur dan sebagainya).
Nah, saya ingin bermimpi lagi, menjadi "seseorang" yang dengan nutrisi kaya perspektif memiliki jaringan perkawanan yang luas dan mampu belajar berkata dan terus konsisten berkata tidak pada semua kezaliman. Namanya mimpi, bisa jadi ia menguap waktu kita terbangun. Atau malah, ia jadi kenyataan. Entahlah!

Tidak ada komentar: